Kamis, 28 Mei 2009

RPP KELAS VI SD

RPP KELAS VI SD

RPP ini saya buat dalam rangka saya mengikuti praktek mengajar mata kuliah SBM (Srategi Belajar Mengajar) yang merupakan mata kuliah yang berkompeten dalam memberikan izin mengajar (AKTA Mengajar). Dengan RPP yang saya buat sesederhana mungkin ini, saya tidak kewalahan dalam menyajikan materi dan satu lagi harapan besar yaitu saya bisa memperoleh nilai terbaik dalam mata kuliah ini.

Dibawah ini merupakan contoh RPP tersebut :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas/Semester : VI / II

Waktu : 4 X 30 Menit (1 X Pertemuan)

Hari/Tanggal : Selasa/ ...., ....., 2009

Tingkat pendidikan : Sekolah Dasar

A. Standar Kompetensi

Memahami matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya.

B. Kompetensi Dasar

Mendiskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusunan tata surya.

C. Tujuan Pembelajaran

- Siswa dapat menjelaskan pengertian tata surya

- Siswa dapat menyebutkan susunan nama-nama planet dalam sistem tata surya.

D. Indikator

- Menjelaskan pengertian tata surya

- Menyebutkan susunan nama-nama planet dalam sistem tata surya.

E. Materi Pokok

Sistem tata surya dan posisi penyusunan tata surya

F. Metode

1. Ceramah

2. tanya Jawab

3. Penugasan

G. Langkah-Langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal/Pendahuluan

Melihat pengetahuan siswa tentang nama benda-benda langit dalam sistem tata surya.

2. Kegiatan Inti

- Menyajikan materi.

- Guru menggambarkan susunan planet-planet dalam sistem tata surya di papan tulis.

- Dari urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan indikator hasil belajar yang ingin dicapai.

- Guru meminta beberapa orang siswa secara bergantian menyebutkan susunan planet-planet dalam sistem tata surya.

- Membuat kesimpulan bersama-sama guru.

3. Kegiatan Akhir/Penutup.

- Mengadakan evaluasi (Post Tes).

- pemberian tugas PR.

H. Sumber/Alat dan bahan

1. Sumber

a. Buku teks sains kelas VI SD.

b. Buku teks lain yang relevan.

I. Penilaian

Tes Tertulis.

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat dan cepat!

1. Susunan yang terdiri atas matahari dan benda-benda langit yang bergerak mengelilinginya disebut ...

2. Planet terbesar dalam tata surya adalah ...

3. Planet yang terdekat dengan matahari adalah ...

4. Yang membatasi planet dalam dan planet luar adalah ...

5. Garis edar planet mengelilingi matahari disebut ...

6. Arah gerakan planet mengelilingi matahari yaitu ...

7. Merkurius memiliki suhu yang sangat tinggi karena ...

8. Planet yang memilki cincin yaitu ...

9. Jumlah planet dalam sistem tata surya kita adalah ...

10. Tuliskan dalam urutan yang benar nama-nama planet dalam sistem tata surya kita!

11. Dua alasan sehingga pluto tidak lagi termasuk planet adalah ...

Tuga Pekerjaan Rumah (PR).

1. Dimanakah matahari terbit dan tenggelam? Mengapa demikian? Coba jelaskan!

2. Dalam tata surya kita, selain planet terdapat benda-benda langit lainnya, yang kita kenal dengan satelit, komet, asteroid, dan meteoroid. Deskripsikanlah benda-benda tersebut!

Mengetahui Jambi,.....,........,2009

Kepala sekolah Guru Kelas/Mata pelajaran

………………………… ………………………….

NIP. NIP.

laporan kegiatan konseling psikoanalisa

MODEL KONSELING PSIKOANALISA

Teori ini dikemukakan oleh SIGMUND FREUD, dalam melakukan atau menerapkan model konseling ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

Tujuan Konseling

  • Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus dari pada mekanisme penyesuaian diri mereka sendiri
  • Membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal-hal yang tak disadari menjadi sadar kembali, dengan menitikberatkan pada pemahaman dan pengenalan pengalaman-pengalaman masa anak-anak, terutama usia 2-5 tahun, untuk ditata, disikusikan, dianalisis dan ditafsirkan sehingga kepribadian klien bisa direkonstruksi lagi.

Deskripsi Proses Konseling

Fungsi konselor

  • Konselor berfungsi sebagai penafsir dan penganalisis
  • Konselor bersikap anonim, artinya konselor berusaha tak dikenal klien, dan bertindak sedikit sekali memperlihatkan perasaan dan pengalamannya, sehingga klien dengan mudah dapat memantulkan perasaannya untuk dijadikan sebagai bahan analisis.

2. Langkah-langkah yang ditempuh :

  • Menciptakan hubungan kerja dengan klien
  • Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya dan melakukan transferensi.
  • Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa kanak-kanaknya
  • Pengembangan reesitensi untuk pemahaman diri
  • Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
  • Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi.
  • Menutup wawancara konseling

Teknik Konseling

  • Asosiasi bebas, yaitu mengupayakan klien untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Klien diminta mengutarakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya. Tujuan teknik ini adalah agar klien mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lalu. Hal ini disebut juga katarsis.
  • Analisis mimpi, klien diminta untuk mengungkapkan tentang berbagai kejadian dalam mimpinya dan konselor berusaha untuk menganalisisnya. Teknik ini digunakan untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan. Proses terjadinya mimpi adalah karena pada waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesak pun muncul ke permukaan. Menurut Freud, mimpi ini ditafsirkan sebagai jalan raya mengekspresikan keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak disadari.
  • Interpretasi, yaitu mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan, menjelaskan dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dan transferensi.
  • Analisis resistensi; resistensi berati penolakan, analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi
  • Analisis transferensi. Transferensi adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu. Dalam hal ini, klien diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang oleh klien dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan ke konselor. Biasanya klien bisa membenci atau mencintai konselor. Konselor menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif agar bisa terungkap tranferensi tersebut.

Dibawah ini, merupakan suatu laporan kegiatan konseling dengan menerapkan model konseling psikoanalisa disaat saya berada pada semester empat dengan mata kuliah TEKLAB II. Saya rasa masih banyak kekurangan dalam laporan saya ini, walaupun demikian, setidaknya laporan ini bisa memberikan sedikit jalan keluar dalam hal pembuatan laporan kegiatan konseling psikoanalisa.

LAPORAN KEGIATAN

A. Identitas

Nama Konselor : Hafrizani

Nama konseli : XXXXXXX

B. Waktu dan Tanggal Kegiatan

Tanggal : 30 April 2009

Waktu : 13.55 Wib s.d selesai

C. Deskripsi Kasus

Konseli memiliki saudara sepupu laki-laki (sebut saja si A). Beberapa waktu yang lalu si A memperkenalkan pacarnya (sebut saja si B) kepada Konseli melalui Handphone. Suatu ketika Konseli secara tidak sengaja atau berniat sekedar iseng saja menghubungi suatu nomor yang ternyata nomor tersebut adalah nomor Handphonenya si B. Berawal dari hal tersebut, terjalinlah komunikasi yang lebih intensif, yang mulai menjurus ke hubungan asmara. Kian lama hubungan tadi kian hangat dan sepupunya (si A) sudah mulai menunjukkan kecurigaan.hal tersebut membuat Konseli menjadi binggung apa yang harus ia perbuat.

D. Tekhnik yang digunakan

a. Asosiasi Bebas.

Bentuk pertanyaan yang diajukan konselor kepada konseli, antara lain :

Ø Gimana hari ini, apakah ada sesuatu hal yang berkesan, yang menyenangkan, atau yang didalam minggu ini kalau tidak ada hari ini ?

Ø Oh…begitu ya…Kalau begitu yang menyedihkan, tentunya ada kan….?coba ceritakan!

Ø Apa yang membuat anda senang terhadapnya, begitu pula dengannya, gimana ?

Ø Mengapa Anda tidak lebih mengintensifkan lagi hubungan asmara anda ?

Ø Mengapa anda menjadi takut ?

Ø Kalau begitu apakah anda harus memutuskan hubungan asmara anda? bagaimana jika iya ?

Ø Apa yang anda takutkan lagi ?

Ø Jika anda melanjutkan hubungan asmara anda, bagaimana dampaknya terhadap hubungan anda dengan sepupu anda ?coba fikirkan!

Ø Bukankah dia seorang mahasiswi yang tentunya punya pola fikir yang lebih matang dan realistis dalam menyikapi sikap menjauh yang anda tampilkan? Lantas apa yang anda sedih, yang anda khawatirkan, yang anda takutkan akan bagaiman hubungan anda selanjutnya?

b. Transparansi.

Tekhnik ini ditunjukkan melalui pertanyaan yang diajukan oleh konselor, yaitu, ”Bagaimana rasanya setelah bercerita seperti ini? Lalu Konseli menjawab, “Saya berterima kasih sekali, setelah bercerita seperti ini, yang tadinya saya tidak terfikirkan tentang suatu hal, namun sekarang telah terfikirkan, yang tadinya terasa berat sekarang sudah terasa ringan.”

E. Penafsiran

Penafsiran yang diberikan yaitu bahwa Konseli merasa khawatir, tidak yakin akan keberhasilan hubungan asmaranya jika berjalan seperti ini. Dan ketakutan akan kisah kepedihan yang dulu akan terulang kembali.

Penyusunan Program BK



Penyusunan Program BK

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.

1. Susun program yang relevan dengan kebutuhan di sekolah. Program yang relevan dengan kebutuhan akan dapat berfungsi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, adakan inventarisdasi kebuthan di sekolah. Tentukan prioritas penanganan masalah atau kebuthan yang akan dilayani.

2. Mempertimbangkan sifat-sifatluas sekolah, yaitu : jenis sekolah, ukuran sekolah, sifat atau tujuan sekolah, guru-guru (Perhatian, kesibukan dan kemampuan), murid-murid dengan bernagai persoalan.

3. Adakan inventarisasi berbagai macam fasilitas yang ada, termasuk petugas BK yang telah ada sebagai pelaksana program BK, ruangan yang telah tersedia dan kemunkinan untuk bisa dikembangkan, data yang tersedia dengan berbagai peralatan yang akan dipergunakan untuk memperlancar jalanya BK.

4. Tentukan program kerja yang terperinci dan sistematis berdasarkan masalah yang secara mendesak harus ditangani. Program harus memberi jawab atas permasalahan atau berbagai kebuthan yang ada.

5. Tentukan personalia, pembagian tugas dan tanggung jawab dengan mempertimbangkan : kemampuan, minat, kesempatan dan bakat yang dimilki oleh staf yang ada.

6. Menetukan organisasi termasuk didalamnya : cara kerja dan kerja sama dalam mewujudkan program, cara berfungsinya team atau personalia, khirarkinya ( hubungan dengan petugas-petugas lainya). Pola organisasi yang dipilih harus disesuaikan dengan kondisi yang ada di sekolah (tenaga yang tersedia, kemampuan yang dimiliki oleh petugas).

7. Adakan evaluasi program ; gunanya untuk mengecek seberapa jauh rencana dan pengaturaqn kerja telah dilaksanakan, dqan seberapa jauh program kerja telah dapat di realisir.

Dalam penyusunan program BK Miller menyarankan tahp-tahap kegiatan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan melalui survey untuk menginverintasi tujuan, kebutuhan dan kemampuan sekolah untuk melaksankan program. Tahap ini mempunyai arti yang penting untuk menarik minat dan perhatian dalam BK dan memelihara suasana psikologis yang menguntungkan semua pihak yang terlibat didalamnya ikut berpartisipasi sejak awal.

2. Pertemuan-pertemuan Permulaan.

Tujuan utama adalah unutk menanamkan pengertian bagi para peserta tentang tujuan dari program BK di sekolah. Pertemuan melibatkan petugas-petugas yang berminat dan tertarik serta memiliki kemampuan dalam bidang BK.

3. Pembentukan Panitia Sementara.

Bertujuan untuk merumuskan program BK. Tugas-tugas panitia sementara ialah :

a. Menentukan tujuan program BK di sekolah.

b. Mempersiapkan bagan organisasi dari program BK.

4. Pembentukan Panitia Penyelenggara Program.

Mempunyai tugas utama :

a. Mempersiapkan program testing.

b. Mempersiapkan dan melaksanakan system pencatatan.

c. Mempersiapkan dan melaksanakan latihan bagi para pelaksana program BK.

5. Pelaksanaan

a. Disesuaikan dengan masalah yang menonjol.

b. Waktu disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

c. Prosedur dengan testing dan non-testing.

d. Pelaksana staf BK (dikoordinir oleh Kepala Sekolah).

e. Perlu ditunjang oleh prasarana dan sarana.

6. Follow-up.

Setiap akhir tahun perlu diadakan evaluasi sehingga pelayanan BK lebih mantap.

Penanganan Siswa Bermasalah di Sekolah


Penanganan Siswa Bermasalah di Sekolah

Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang yang bermasalah, dengan menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku. yang merentang dari kategori ringan sampai dengan berat. Upaya untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu: (1) pendekatan disiplin dan (2) pendekatan bimbingan dan konseling.
Penanganan siswa bernasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya.
Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.
Secara visual, kedua pendekatan dalam menangani siswa bermasalah dapat dilihat dalam bagan berikut ini:


Dengan melihat gambar di atas, kita dapat memahami bahwa di antara kedua pendekatan penanganan siswa bermasalah tersebut, meski memiliki cara yang berbeda tetapi jika dilihat dari segi tujuannya pada dasarnya sama yaitu tercapainya penyesuaian diri atau perkembangan yang optimal pada siswa yang bermasalah. Oleh karena itu, kedua pendekatan tersebut seyogyanya dapat berjalan sinergis dan saling melengkapi.
Sebagai ilustrasi, misalkan di suatu sekolah ditemukan kasus seorang siswi yang hamil akibat pergaulan bebas, sementara tata tertib sekolah secara tegas menyatakan untuk kasus demikian, siswa yang bersangkutan harus dikeluarkan. Jika hanya mengandalkan pendekatan disiplin, mungkin tindakan yang akan diambil sekolah adalah berusaha memanggil orang tua/wali siswa yang bersangkutan dan ujung-ujungnya siswa dinyatakan dikembalikan kepada orang tua (istilah lain dari dikeluarkan). Jika tanpa intervensi Bimbingan dan Konseling, maka sangat mungkin siswa yang bersangkutan akan meninggalkan sekolah dengan dihinggapi masalah-masalah baru yang justru dapat semakin memperparah keadaan. Tetapi dengan intervensi Bimbingan dan Konseling di dalamnya, diharapkan siswa yang bersangkutan bisa tumbuh perasaan dan pemikiran positif atas masalah yang menimpa dirinya, misalnya secara sadar menerima resiko yang terjadi, keinginan untuk tidak berusaha menggugurkan kandungan yang dapat membahayakan dirinya maupun janin yang dikandungnya, keinginan untuk melanjutkan sekolah, serta hal-hal positif lainnya, meski ujung-ujungnya siswa yang bersangkutan tetap harus dikeluarkan dari sekolah.
Perlu digarisbawahi, dalam hal ini bukan berarti Guru BK/Konselor yang harus mendorong atau bahkan memaksa siswa untuk keluar dari sekolahnya. Persoalan mengeluarkan siswa merupakan wewenang kepala sekolah, dan tugas Guru BK/Konselor hanyalah membantu siswa agar dapat memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.
Lebih jauh, meski saat ini paradigma pelayanan Bimbingan dan Konseling lebih mengedepankan pelayanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan, pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa bermasalah tetap masih menjadi perhatian. Dalam hal ini, perlu diingat bahwa tidak semua masalah siswa harus ditangani oleh guru BK (konselor). Dalam hal ini, Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah berserta mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagaimana dalam bagan berikut :
1. Masalah (kasus) ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.
2. Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakan konferensi kasus.
3. Masalah (kasus) berat, seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus.
Secara visual, penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling dapat dilihat dalam bagan berikut ini:


Dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru BK/konselor di sekolah tetapi dapat melibatkan pula berbagai pihak lain untuk bersama-sama membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan perkembangan pribadi secara optimal.

Sabtu, 23 Mei 2009

TATALAKSANA BK

21

Peranan Kepala Sekolah Dalam

Program BK

1.Fungsi Kepala Sekolah Dalam Administrasi Bimbingan.

Merupakan petugas utama dalam organisasi dan administrasi program bimbingan. Memegang peranan penting dan menentukan baik sebagai pimpinan sekolah, maupun sebagai dewan Bimbingan.

Dalam program Bimbingan kepala sekolah mempunyai dua fungsi utama, yaitu :

a. Fungsinya Dalam Mengatur Organisasi Bimbingan.

Harus mengatur program sekolah, tersedia waktu untuk pelaksanaan berbagai kegiatan bimbingan. Guru khusus yang diserahi tugas khusus sebagai konselor, diberi waktu khusus untuk melaksanakan bebagai kegiatan konseling.

b. Fungsinya Dalam Administrasi Bimbingan.

Harus mempersiapkan fasilitas-fasilitas dan perlengkapan yang diperlikan; mempersiapkan formulir-formulir, catatan kumulatif atau daftar pribadi.

Menyediakan ruangan khusus serta perlengkapannya bagi pelaksanaan layanan konseling dan mengadakan bahan-bahan lainnya yang diperlukan.

2.Tanggung Jawab Pokok Kepala Sekolah Dalam Program Bimbingan.

a. Harus memimpin guru-guru dalam menambah pengetahuan, terutama mengenai cara-cara memahami tingkah laku murid, meneliti struktur kelompok murid-murid tertentu, persahabatan dan persaingan dalama kelompok, semangat kelompok.

b. Memperkenalkan kepada guru-guru dalam cara-cara menolong murid mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang baik, dapat disalurkan melalui pelaksanaan program penataran di sekolah.

Kepala sekolah menjelaskan anatara lain berbagai tujuan pendidikan yang fundamentil, kebutuhan-kebutuhan pokok murid dan perkembangan jiwanya.

c. Memimpin bawahannya dalam merencanakan dan menyelenggarakan administrasi program tersting dan dalam mengolah serta mempergunakan hasilnya. Rencana kepala sekolah ini mencangkup penjelasan singkat mengenai arti, tujuan dan pentingnya program, aspek-aspek anak atau bakat-bakat yang perlu di test atau diukur, cara-cara kerja dalam mengatur testing dan pengolahan serta aplikasi hasil-hasil test tersebut.

d. Mengorganisir Dewan Bimbingan.

Perlu dibentuk Dewan Bimbingan di bawah pengawasan kepala sekolah. Dewan terdiri dari 3-5 orang Guru sebagai anggota. Ketuanya Kepala sekolah atau boleh juga seorang Guru yang telah mendapat latihan.


Personil Pelaksana Pelayanan Bimbingan

Personil pelaksana pelayanan bimbingan adalah segenap unsur yang terkait didalam organigram pelaksanaan bimbingan, dengan koordinator guru pembimbing atau konselor sebagai pelaksana utamanya.

Uraian tugas masing-masing personil adalah senagai berikut :

1. Kepala sekolah

Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh disekolah, tugasnya, yaitu :

a. Mengkoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan disekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis.

b. Menyediakan prasarana, tenaga, sarana dan bewrbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan yang efektif dan efisien.

c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan.

d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan disekolah kepada Kanwil atau Kandep yang menjadi atasannya.

2. Wakil Kepala Sekolah.

Wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam melaksanakan tugas-tugas kepala sekolah termasuk pelaksanaan bimbingan.

3. Koordinator Bimbingan.

Koordinator bimbingan bertugas mengkoordinasikan para Guru pembimbing dalam :

a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepada segenap warga sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat.

b. Menyusun Program bimbingan.

c. Melaksanakan program bimbingan.

d. Mengadministrasikan pelayanan bimbingan.

e. Memberikan tindak lanjut terhadap hasil penilaian bimbingan.

4. Guru pembimbing atau konselor.

Sebagai pelaksana utama, tenaga dan ahli, guru pembimbing atau konselor, bertugas :

a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan.

b. Merencanakan program bimbingan.

c. Melaksanakan segenap layanan bimbingan.

d. Menilai proses dan hasil pelayanan bimbingan dan kegiatan pendukungnya.

e. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian.

f. Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakannya.

g. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan kepada koordinator bimbingan dan kepala sekolah.

5. Guru mata pelajaran dan pelatih.

Sebagai tenaga ahli pengajaran dan/atau pelatihan dalam pelajaran atau program latihan tertentu, dan sebagai personil yang sehari-hari langsung berhubungan dengan siswa, peranan guru dalam pelayanan bimbingan adalah :

a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepada siswa.

b. Membantu guru pembimbing atau konselor mengindentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan.

c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan kepada guru pembimbing.

d. Menerima siswa atau alih tangan dari pembimbing atau konselor, yaitu siswa yang menurut guru pembimbing memerlukan pelayanan pengajaran khusus (seperti pengajaran perbaikan, program pengayaan).

e. Membantu mengembangkan suasan kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan.

f. Berpartisifasi dalam kegiatan-kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.

g. Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayann bimbingan dan upaya tindak lanjutnya.

6. Wali kelas.

Sebagai pengelola kelas tertentu, dalam pelayanan bimbingan wali kelas berperan, antara lain :

a. Membantu guru pembimbing atau konselor melaksanakan tugas-tugas khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Membantu guru mata pelajaran melaksanakan programnya dalam pelayanan bimbingan khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

c. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti atau menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan.



PERLENGKAPAN TATALAKSANA BK

Untuk dapat terselenggaranya pelayanan BK yang sebaik-baiknya, disamping memperhatikan organisasi dan personil, juga perlu adanya perlengkapan bagi terselenggaranya pelayanan bimbingan. Perlengkapan itu harus tersedia agar kegiatankegiatan pelayanan dapat terselenggara dengan baik.

Perlengkapan tatalaksana bimbingan dan konseling yang diperlukan disekolah meliputi :

  1. Yang berhubungan dengan pengumpulan data murid.
  2. Yang berhubungan dengan peyimpanan data murid.
  3. Yang berhubungan dengan pelaksanaan bimbingan.
  4. Yang berhubungan dengan administrasi bimbingan.
  5. Yang berhubungan dengan fasilitas fisik.

1. Perlengkapan untuk pengumpulan data.

Agar pelayanan dan program dapat berjalan dengan baik, maka perlu mempersiapkan alat-alat atau perlengkapan yang berhubungan dengan pengumpulan data.

Perlengkapan tersebut ialah alat-alat pengumpul data, antara lain : pedoman wawancara, pedoman observasi, angket, cheklist, sosiometri, blanko pemeriksaan kesehatan, blanko laporan studi kasus, beberapa test (kalau memungkinkan) seperti test inteligensi, test kepribadian, tet hasil belajar, dan sebagainya.

2. Perlengkapan penyimpulan data

Data murid yang telah terkumpul perlu disimpan dengan baik agar mempermudah jika sewaktu-waktu diperlukan kembali. Penyimpanan data ini dapat bersifat individual dan dapat bersifat berkelompok (misalnya menurut kelas, jenis kelamin, jurusan, masalah, dsbnya).

Alat penyimpanan data dapat berupa :

a. Kartu.

Bentuknya hanya satu lembar (satu halaman atau dua halaman). Penggunaannya untuk mencatat data murid mengenai aspek-aspek tertentu, misalnya : kesehatan, absensi, kemajuan akademis, kejadian-kejadian khusus, data sosiometri, masalah-maslah khusus, dsbnya.

b. Folders.

Bentuknya hampir sama dengan kartu, tetapi dapat dilipat sehingga menjadi empat halaman. Penggunaannya hampir sama dengan kartu. Folder menuangkan, mencatat data yang lebih banyak daripada kartu. Dibuat dalam bentuk dan ukuran serta warna tertentu dan disusun dalam suatu kotak secara teratur.

c. Booklets.

Lebih lengkap dari folder, merupakan suatu buku kecil, artinya lembarannya lebih dari empat halaman. Data dapat dicatat lebih banyak lagi, dan lebih luas, seperti nilai-nilai hasil belajar, kegiatan-kegiatan kelompok, kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler, dsbnya. Salah satu booklet misalnya buku rapor.

d. Commulative record atau buku pribadi

Banyak data yang harus dicatat, maka dirasakan perlu ada suatu alat pencatatan yang menampung seluruh aspek data murid, alat tersebut dinamakan COMMULATIVE RECORD (catatan komulatif) dalam bentuk buku dan disebut buku pribadi. Buku ini terdiri atas beberapa halaman, tergantung kepada jumlah aspek data yang dapat dicatat didalamnya.

e. Map

18

digunakan untuk menyimpan data yang tidak dapat tersimpan dalam alatseperti tersebut diatas.

3. Perlengkapan Pelaksanaan Bimbingan.

Untuk kelancaran pelaksanaan tekhnis bimbingan dan konseling, maka perlu dipersiapkan alat-alat, sebagai berikut :

a. Bentuk surat, seperti surat panggilan murid, surat panggilan orang tua, surat pemberitahuan home visit, surat panggilan guru, dan sebgaginya.

b. Kartu konseling, yang digunakan untuk mencatat segala kegiatan dan proses konseling untuk setiap murid.

c. Kartu konsultasi, yang dipergunakan untuk mencatat kegiatan dan proses konsultasi baik dengan orang tua, guru-guru maupun pihak-pihak lain.

d. Daftar kasus, yang berisi nama-nama kasus beseta masalahnya serta jadwal bimbingannya.

e. Catatan case conference, yang digunakan untuk mencatat kegiatan dan proses case conference.

f. Catatan bimbingan kelompok, yang digunakan untuk mencatat kegiatan dan proses bimbingan kelompok.

g. Kotak masalah, yaitu kotak yang disediakan untuk menampung masalah baik dari murid, guru, ataupun dari pihak lain ditulis dalam selembar kertas yang kemudian dimasukkan kedalam kotak masalah.

h. Papan pengumuman, digunakan untuk mengumumkan segala sesuatu yang dianggap perlu dalam hubungan dengan kegiatan bimbingan.

4. Perlengkapan Administrasi Bimbingan.

Untuk kelancaran kegiatan administrasi BK perlu dipersiapkan perlengkapan administrasi seperti :

  1. Alat tulis menulis.
  2. Blanko surat seperti laporan bulanan, laporan mingguan, surat undangan, dan sebagainya.
  3. Agenda surat keluar-masuk.
  4. Arsip surat-surat.
  5. Catatan kegiatan harian.
  6. Buku tamu.

5. Perlengkapan Fisik.

Perlengkapan fisik yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan BK antara lain ruangan beserta perlengkapannya. Perlengkapan ruangan yang diperlukan untuk pelaksanaan BK antara lain :

  1. Ruang kerja konselor : tempat konselor melakukan kegiatan.
  2. Ruang konseling : tempat untuk melakukan konseling.
  3. Ruang konsultasi : tempat untuk kegiatan konsultasi dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya.
  4. Ruang tunggu dan tamu : tempat untuk menunggu, baik bagi murid, guru, ataupun orang tua, serta tamu lainnya.
  5. Ruang bimbingan kelompok atau ruang rapat : ruang yang digunakan untuk bimbingan kelompok, rapat, diskusi, dan case conference.

Ruang perpustakaan : ruangan yang berisi buku-buku, majalah, brosur, atau bahan literatur kasusnya yang diperlukan